Jumat, 12 Februari 2010

Teknologi 3G dan WiMax Sebagai Solusi Sistem Telekomunikasi Broadband Nirkabel Masa Depan di Indonesia

Konvergensi teknologi 3G dan teknologi WiMax merupakan suatu jawaban yang sangat mungkin akan terjadi di masa depan atau hanya dalam hitungan beberapa tahun ke depan. Hal tersebut merupakan titik tengah tentang masa depan teknologi 3G (yang termasuk dalam program LTE Long Term Evolution) dan WiMax yang sekarang ini tengah gencar dikembangkan. Ada beberapa hal yang memungkinkan korfergensi dapat terjadi, yaitu keunggulan dari masing-masing teknologi yang dapat saling melengkapi, besarnya ekspektasi dan dukungan dari tiap teknologi tersebut, peran vendor dan operator di Indonesia pada kedua teknologi tersebut, bentuk penyebaran populasi di Indonesia, dan pita frekuensi yang tersedia (dari sisi regulator).

Teknologi 3G

Teknologi 3G merupakan bentuk evolusi dari teknologi telekomunikasi selular yang pada awalnya hanya dapat menghantarkan suara. Teknologi pertama dari sistem telekomunikasi selular ini masih menggunakan sistem pensinyalan analog dan biasa disebut dengan teknologi 1G[1]. Pada perkembangannya teknologi selular ini telah menggunakan pensinyalan digital (yang kemudian disebut teknologi 2G) sehingga telah mendukung komunikasi data dengan bandwith yang terbatas dengan aplikasi SMS (Short Message Service) sebagai aplikasi yang paling digemari. Teknologi 2G merupakan titik awal booming teknologi telekomuniasi selular yang kemudian lebih dikenal dengan teknologi GSM (Global System for Mobile Communication). GSM kemudian merambah ke hampir semua negara di dunia, dan sekarang ini telah mempunyai infrastruktur yang sangat besar dengan cakupan wilayah yang sangat luas.

Evolusi teknologi GSM terus berlanjut sesuai dengan 3GPP LTE (Third Generation Partnership Project Long Term Evolution) yang menghasilkan teknologi 3G dan sekarang ini telah mencapai 3,5G. Teknologi 3G telah mempunyai banyak fitur yang telah mendukung komunikasi data dengan bandwith mencapai 2.6Mbps dan video call. Konektifitasnya juga cukup mudah karena telah banyak vendor yang mengeluarkan produk yang telah mendukung konektifitas 3G. Untuk komunikasi data sekarang ini telah terdapat 3G modem yang dengan mudah diakses dengan menggunakan port USB, selain itu juga terdapat card PCMCIA yang juga dapat digunakan sebagai media konektifitas ke jaringan 3G. Di Indonesia penerapan teknologi 3G sudah dilakukan oleh semua operator namun dengan cakupan masih terbatas pada kota-kota besar di Indonesia.

Teknologi WiMax

Teknologi yang mirip (namun berbeda) dengan teknologi WiFi ini memang menjanjikan suatu solusi telekomunikasi broadband nirkabel yang sangat handal. Teknologi ini secara teori dapat menyediakan bandwith yang besar dengan mobilitas yang tinggi dengan daya cakupan yang sangat besar. Teknologi ini bahkan diklaim sangat cocok untuk diterapkan pada kawasan urban maupun kawasan rural. Teknologi yang menganut standar IEEE 802.16 diklaim mampu menyediakan bandwith mencapai 72Mbps tanpa kabel sebagai koneksinya dengan cakupan mencapai 30Km LOS (Line Of Sight)[2]. WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave Access) dihasilkan oleh WiMax Forum pada Juni 2001. WiMax mengalami perkembangan dengan standar 802.16d untuk komunikasi fixed wireless broadband acces dan 802.16e untuk komunikasi mobile wireless broadband acces. WiMax bekerja pada rentang frekuensi 3,5 GHz dan 5,8 GHz untuk fixed WiMax, serta 2.3 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz dan 3.5 GHz untuk mobile WiMax[3].

Teknologi WiMax saat ini telah diimplementasikan di beberapa negara maju; Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Perancis, Jerman dan Korea Selatan[4]. Di Eropa penerapan WiMax menggunakan pita frekuensi 3,4 Ghz – 3,5 GHz dan di Amerika menggunakan pita frekuensi 2,3 dan 2,5 GHz. Untuk mendukung mobilitas dan infrastruktur yang lebih murah dibutuhkan pita frekuensi yang optimal yaitu dikisaran 2,3 – 2,5 GHz[5]. Teknologi WiMax tergolong baru di Indonesia, walaupun pernah diterapkan di Aceh untuk mengatasi sistem telekomunikasi yang hancur pasca tsunami, namun penerapannya belum merambah kota-kota lain. Bukannya tanpa cacat, teknologi WiMax juga masih mempunyai kelemahan yang harus mendapatkan perhatian yang khusus. Isu yang paling mengemuka dalam penerapan WiMax adalah daya tahan jaringan, karena WiMax belum teruji untuk menangani trafik yang besar dalam rentang waktu yang cukup lama.

Ekspektasi dan Dukungan Terhadap Tiap Teknologi

Teknologi 3G (yang merupakan bagian dari LTE) dan WiMax dimasa depan diharapkan dapat menyediakan jaringan nirkabel dengan bandwith mencapai 1 Gbps telah didukung oleh banyak vendor dan operator dalam pengembangannya. Teknologi 3G yang saat ini telah diimplementasikan di sebagian besar negara di dunia tentu mempunyai sisi kedewasaan teknologi yang lebih tinggi. Namun peran WiMax juga tidak bisa kesampingkan karena saat ini WiMax telah didukung oleh 170 anggota yang terdiri dari berbagai vendor dan operator di seluruh dunia. Bahkan operator raksasa telekomunikasi selular Vodafone telah menjadi salah satu anggota WiMax Forum untuk mendukung pengembangan WiMax. Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Setidaknya terdapat 4 vendor besar yang bergabung WiMax Forum yaitu Ericcson, Huawei, Nokia Siemens Networks, dan vendor dalam negeri PT Dama Persada. Selain 4 vendor tersebut juga terdapat 3 operator yang bergabung yaitu PT Indosat Tbk, PT Axis Network Teknologi, dan PT Telekomunikasi Indonesia[6]. Pihak-pihak diatas merupakan pihak yang mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan telekomunikasi selular di Indonesia.

Peran Vendor dan Operator di Indonesia

Peran vendor dan operator tentu saja tidak bisa dipisahkan dalam pengembangan teknologi 3G dan WiMax. Operator telekomunikasi selular saat ini sedang berlomba-lomba untuk membangun infrastruktur untuk mendukung permintaan pelanggan tentang bandwith yang besar dengan biaya yang murah. Berbagai cara pun dilakukan untuk mencapai permintaan pelanggan, namun tampaknya hal yang dilakukan oleh para operator saat ini baru sekedar optimasi jaringan karena pengembangan perangkat tentu membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu sebenarnya para operator juga membutuhkan suatu solusi baru untuk mengembangkan jaringannya dan melakukan penetrasi yang lebih luas untuk mendapatkan pelanggan yang banyak-banyaknya dan pendapatan yang sebesar-besarnya. Solusi yang dapat memberikan harapan tentang telekomunikasi berpita lebar dengan biaya yang murah sangat dinantikan baik oleh para operator ataupun pelanggan.

Saat ini di Indonesia telah dikembangkan suatu chipset khusus yang didesain untuk kompatible dengan WiMax atau jaringan komunikasi data nirkabel berpita lebar lainnya. Pengembangan ini setidaknya dapat menjadi langkah awal untuk mengembangkan teknologi WiMax yang tergolong baru di Indonesia. Dari segi perangkat pengembangan tersebut merupakan satu terobosan untuk pembangunan infrastruktur dan perangkat di sisi konsumen.

Bentuk Penyebaran Populasi di Indonesia

Indonesia dengan bentuk kepulauan dan penyebaran penduduk yang tidak merata menimbulkan suatu masalah tersendiri bagi perkembangan telekomunikasi. Di satu sisi, pulau Jawa didiami oleh penduduk dengan kepadatan yang sangat tinggi, namun di sisi lain pulau Kalimantan, Sulawesi, dan Papua sekarang ini masih mempunyai kepadatan yang sangat rendah. Bentuk penyebaran populasi ini tentu membutuhkan penangan teknologi telekomunikasi yang berbeda. Pulau Jawa sekarang ini sudah terjelajah oleh jaringan GSM maupun CDMA akan sulit untuk digantikan oleh teknologi baru yang tentu saja membutuhkan suatu perangkat baru. Kondisi yang sudah relatif stabil ini akan menghambat implementasi teknologi WiMax, karena konsumen tidak mau menghabiskan uangnya untuk membayar sesuatu yang baru padahal kebutuhannya telah dapat dipenuhi dengan infrastruktur yang telah ada. Namun implementasi WiMax masih mungkin dilakukan dengan pertumbuhan yang relatif rendah. Implementasinya dimungkinkan dengan bekerja sama dengan pengusaha warung internet ataupun penyelenggara RT/RW net yang mempunyai cakupan yang cukup bisa diperhitungkan.

Untuk daerah-daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, dimana infrastruktur telekomunikasi selular yang masih sedikit dengan jarak antar pemukiman penduduk yang jauh sangat dimungkinkan untuk implementasi WiMax sebagai perpanjangan tangan infrastruktur selular yang sudah dipasang di pusat-pusat kota. Dengan jangkauan WiMax yang sangat besar, mencapai 30Km biaya yang dibutuhkan tentu saja tidak sebesar pembangunan infrastruktur 3G yang baru.

Regulasi Pemerintah

Masalah regulasi merupakan masalah klasik yang kerap terjadi di Indonesia, operator dan penanam modal yang ingin segera membangun suatu infrastruktur baru kerap terganjal dengan regulasi yang terlalu lama dikeluarkan pemerintah atau terkadang tidak sesuai dengan permintaan pasar. Saat ini di Indonesia teknologi 3G diterapkan pada pita frekuensi 1,8 – 2,1 GHz sedangkan pita frekuensi WiMax yang optimal ada pada kisaran 2,3 – 2,5 GHz. Tersedianya pita frekuensi tersebut tentu saja membawa angin segar bagi para pengembang teknologi WiMax di Indonesia. Pemerintah yang saat ini sedang menggembor-gemborkan teknologi telekomunikasi karya anak bangsa tentu saja tidak akan menghalangi penerapan teknologi WiMax di Indonesia[7].

Bentuk Konvergensi 3G dan WiMax

Sebenarnya terdapat 2 bentuk konvergensi 3G dan WiMax, yang pertama adalah penggunaan backhaul GSM untuk melewatkan data dari BTS WiMax, yang kedua adalah konvergensi secara total yang memungkinkan pelanggan untuk berpindah dari jaringan 3G ke jaringan WiMax atau sebaliknya. Kedua bentuk konvergensi tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan tersendiri. Untuk konvergensi yang pertama, saat ini sangat mungkin untuk diterapkan. Konvergensi yang saya maksud disini yaitu penggunaan backhaul GSM yang telah menggunakan infrastruktur ME (Metro Ethernet), untuk melewatkan data dari perangkat antenna WiMax. Jaringan ME merupakan suatu bentuk jaringan backhaul yang memungkinkan pentransmisian data GSM yang diubah menjadi bentuk paket data menggunakan sistem berbasis IP[8]. Jangkauan yang luas dari WiMax tentu masih membutuhkan jaringan backhaul untuk mendukung konektifitasnya. Oleh karena itu untuk mengimplementasikan WiMax dengan biaya yang lebih murah tentu saja membutuhkan jalur backhaul yang telah existing.

Penerapan tersebut sangat dimungkinkan karena saat ini sudah banyak operator telekomunikasi yang menggunakan jaringan ME sebagai jaringan backhaulnya. Jadi penetrasi jaringan ME dapat diberi perpanjangan tangan dengan menerapkan teknologi WiMax. Dengan penerapan teknologi WiMax yang mempunyai daya jangkau yang luas tentu akan memberi nilai tambah tersendiri.

Bentuk konvergensi yang kedua yaitu penggunaan suatu teknologi baru yang dapat beroperasi pada jaringan WiMax dan jaringan 3G. Teknologi ini tentu tidak mudah untuk dikembangkan karena 3G dan WiMax saat ini sedang dalam masa pengembangan. Tapi tidaklah mustahil untuk mengembangkan teknologi tersebut karena saat ini sudah banyak pihak yang telah mulai menjajaki prospek konvergensi 3G dan WiMax.

Jadi menurut saya 3G dan WiMax akan berjalan beriringan saling melengkapi sebagai solusi jaringan broadband nirkabel di Indonesia dengan asumsi beberapa hal diatas dapat berjalan seperti yang diharapkan. Yang akan menjadi pertanyaan selanjutnya adalah kapan tender Broadband Wireless Access (BWA) akan digelar pemerintah dan operator mana yang berani untuk berspekulasi untuk mengimplementasikan konvergensi 3G dan WiMax pertama kali.

Referensi:

[1] http://en.wikipedia.org/wiki/1G

[2] http://www.wimax.com/education/wimax/what_is_wimax

[3] https://www.ee.ui.ac.id/online/main/mhs_semta/show/id/386

[4] http://www.iht.com/articles/2006/10/09/business/wireless10.php

[5] http://www.eurocomms.com/features/112044/WIMAX_AND_LTE_-_Either_or_both%3F.html

[6] http://www.wimaxforum.org/about/roster/

[7] http://jkt6b.detiknews.com/read/2008/01/29/145318/886007/328/kembangkan-wimax-lokal-pemerintah-siapkan-rp-18-m

[8] http://www.cisco.com/en/US/solutions/collateral/ns341/ns524/ns562/ns223/ns227/net_implementation_white_paper0900aecd80351e5c.pdf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membuat Login Form Dengan Borland Delphi dan Basis Data Microsoft Access
Author: elgalesmana | Published: 15th August 2008 | Category: Pemrograman Delphi

Mungkin banyak diantara para programmer delphi pemula kesulitan untuk membuat suatu form login didalam aplikasinya.Dan bagaimana membuat coding yang benar untuk mengatasi masalah tersebut, dalam artikel ini saya mencoba membuat satu script yang mungkin akan membantu anda dalam masalah tersebut.Sebagai gambaran bila anda membuat sebuah program database dengan menggunakan ADO Connection,

Entri Populer

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...